PALEMBANG]
Bentrok tak dapat dibendung antara masyarakat Cinta Mnis dengan Aparat
Kepolisian dari jajaran Polda Sumatra Selatan. Akibatnya, seorang anak
berusia 13 tahun siswa
kelas 1 MTs tewas di tempat diterjang peluru dibagian kepala.
Anak yang tewas bernama Angga (11), warga Desa Tanjung
Pinang II, Kecamatan Tanjungbatu, Kabupaten Ogan Ilir (OI), Sumsel .
Peluru diduga mengenai bagian kepalanya yang kuat dugaan pula dari
tembakan aparat Brimob Polda Sumsel yang menyusuri
Desa Limbang Jaya, pada Jumat (27/7) kemarin sore.
Kemudian empat orang warga lainnya mengalami luka-luka
diduga juga akibat tembakan peluru nyasar yang ditembakkan menurut
warga secara bertubi-tubi.Mereka bernama Rusman (36) luka di lengan
kiri, Yarman (45) luka di lengan kiri atas, Farida
(49) luka lengan kanan atas dan Jesika luka kena pecahan kaca akibat
tembakan peluru ke kaca rumah.
Korban diketahui merupakan warga Desa Limbang Jaya I yang berada di
lokasi terjadinya penembakan oleh aparat Brimob. Sementara korban
Angga, saat kejadian berada di jalan depan Masjid Assadah menjadi korban
sasaran peluru. Bahkan rumah Zawawi (75) kaca rumahnya
pecah dihantam tembakan. Menurut Koordinator Walhi Sumsel Anwar Sadat
gambaarannya mencekam seperti peperangan saja.
Menurut warga, saat kejadian, satu pasukan Brimob masuk melalui arah
darat berada di posisi ujung jalan poros tengah desa arah Utara,
menyusuri desa. Belum diperoleh informasi mengapa anggota Brimob
menyelusuri desa. Kemudian, terdengar bunyi pukulan beduk
persis saat masuk salat Ashar. Pasukan Brimob ini merasa mereka akan
dikepung warga sehingga memberikan tembakan ke atas.
Pada saat bersamaan ternyata ada satu pasukan Brimob lagi yang berada di
sebelah selatan jalan poros tengah desa arah keluar kampung menuju
jalan Ke Tanjungbatu atau keluar desa. Pasukan ini bergerak mendekat
lokasi arah masjid menuju Dusun II Limbang Jaya.
Diduga karena salah informasi dari pasukan Brimob pertama yang merasa
dikepung akhirnya pasukan Brimob yang baru masuk desa mengeluarkan
tembakan bertubi-tubi hingga sebagian pelurunya ada yang diduga mengenai
para korban dan kaca rumah warga.
Zawawi, yang kaca rumahnya pecah sangat emosi. Ia mengungkapkan mengutuk
aksi penbembakan yang dilakukan aparat brimob. "Waktu tembakan itu kami
berada di dalam rumah. Untung tidak ada keluarga kami yang kena peluru.
Hanya kaca rumah saya yang pecah," kata
Zawawi seraya mempertanyakan ada apa brimob berlaku begitu kepada
masyarakat Desa Limbang Jaya.
"Kami menilai ini bukan masalah PTPN lagi. Mengapa brimob menembaki
warga di tengah desa, padahal tidak ada aset PTPN di desa ini,"
ujarnya.
Sementara itu, Kepolisian Daerah
Sumatera Selatan mengharapkan warga di Kabupaten Ogan Ilir di sekitar PT
Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Cinta Manis tetap tenang, menyusul
bentrokan aparat kepolisian dengan masyarakat
Desa Limbung Jaya, Jumat petang.
Masyarakat kami harapkan tetap tenang,
dan jangan mudah terpancing isu yang belum tentu kebenarannya, kata
Kabid Humas Polda Sumsel, AKBP R Djarod P, saat dihubungi di Palembang,
Jumat malam.
Djarod membenarkan adanya kejadian
perselisihan atau bentrokan antara aparatnya dengan warga setempat.
Namun hal itu sudah dapat diselesaikan, kata dia.
Menurut dia, dalam kejadian tersebut
seorang warga setempat meninggal akibat terkena peluru nyasar. Selain
itu, ada tiga warga lainnya yang mengalami luka-luka, dan telah dibawa
ke rumah sakit. Kata dia, atas kejadian tersebut,
pihaknya masih akan terus menyelidiki dan memastikan bila benar
aparatnya bersalah, akan diproses sesuai hukum berlaku. "Kami tetap akan
menindak bila ada anggota bersalah atas kejadian tersebut," ujar dia
lagi.
Namun, berdasarkan keterangan
anggotanya di lapangan itu telah melakukan pengamanan sesuai petunjuk
dan prosedur hukum yang berlaku. Katanya, saat ini pengamanan di lokasi
kejadian, diperketat agar kondisinya tetap aman dan
untuk mengantisipasi supaya kejadian itu tidak berkembang lebih lanjut.
Menurut Djarot, jajaran Polda Sumsel
akan terus mengantisipasi supaya kondisi keamanan di lokasi kejadian
tetap aman, dan permasalahan yang terjadi tidak berkembang meluas lagi.
Aktivis Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia (Walhi) Sumsel, Hadi Jatmiko, memastikan berdasarkan informasi
warga, akibat bentrok dengan aparat kepolisian itu, ada satu korban
warga yang meninggal dunia dan lima warga lainnya
mengalami luka tembak.
Korban yang meninggal dunia itu atas
nama Angga Bin Darmawan (12), dan korban mengalami luka tembak
diantaranya atas nama Jesika (16), Dut Binti Juni (30), Rusmin Bin
Alimin, dan dua perempuan lagi belum diketahui identitasnya
dalam kondisi kritis.
Menurut dia, ketika bentrok terjadi
sempat beredar kabar adanya dua korban warga yang meninggal dunia, namun
setelah dilakukan pengecekan di lapangan dipastikan hanya ada satu
warga yang meninggal dunia.
Korban yang meninggal dunia itu pada
saat bentrokan terjadi sedang bermain "games play stations" di salah
satu rumah penduduk di Desa Limbang Jaya, dan saat melihat ada keributan
keluar rumah untuk melihat kejadian yang berlangsung.
"Tiba-tiba warga itu tertembak," kata Hadi pula.
Dia menjelaskan, korban yang meninggal
itu sekarang ini sedang dibawa keluarganya dari Kabupaten Ogan Ilir ke
Rumah Sakit Dr Muhammad Hoesin (RSMH) Palembang untuk dilakukan visum.
Begitu juga korban yang mengalami luka tembak,
akan dibawa ke Palembang untuk mendapatan perawatan di Rumah Sakit
Bhayangkara Polda Sumsel atau rumah sakit lainnya.
Diharapkan korban yang mengalami luka
tembak tersebut, masih dapat diselamatkan oleh tim medis. "Cukuplah
satu korban saja yang jatuh sebagai dampak dari perjuangan petani dan
warga setempat untuk mendapatkan kembali lahan
yang bersengketa dengan PT Perkebunan Nusantara VII itu," kata aktivis
Walhi Sumsel itu menyampaikan keprihatinan.
Setelah mengurus para korban tersebut,
Walhi Sumsel bersama Tim Advokasi Hukum dan Pencari Fakta Cinta Manis
Ogan Ilir, akan melaporkan kejadian penembakan tersebut ke Polda Sumsel.
Walhi Sumsel menyesalkan terjadi
bentrokan antara petani Kabupaten Ogan Ilir dengan aparat kepolisian
yang sedang mengamankan lahan sengketa dengan PT Perkebunan Nusantara
(PTPN) VII tersebut.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Walhi
Sumsel, Anwar Sadat, telah meminta agar aparat kepolisian yang
mengamankan lokasi sengketa tanah di Kabupaten Ogan Ilir dapat
menghentikan tindakan yang mengarah kepada intimidasi petani
maupun warga di sana.
Tindakan aparat kepolisian melakukan
penggerebekan rumah tokoh masyarakat dan pemanggilan petani, baik
sebagai saksi maupun tersangka dalam kasus sengketa lahan dengan PTPN
VII beberapa hari terakhir cukup meresahkan dan membuat
petani takut, kata dia.
Jika kondisi tersebut terus
berlangsung, dikhawatirkan bisa terjadi dua kemungkinan, pertama petani
berhenti melakukan gerakan perjuangan mendapatkan kembali tanah mereka
seluas 15 ribu hektare, dan kedua bisa jadi mereka berbalik
melakukan perlawanan, ujar Sadat lagi. "Seandainya sampai terjadi
bentrokan hebat dan menimbulkan korban jiwa, siapa yang bertanggungjawab
dan siapa yang dipersalahkan," kata dia pula.
Kekhawatiran sebelumnya disampaikan
Direktur Walhi Sumsel itu, ternyata terjadi pada Jumat ini. Walhi
Sumsel bersama Tim Advokasi Hukum dan Pencari Fakta Cinta Manis akan
terus mendampingi petani mengusut tuntas kasus bentrokan
tersebut, kata Hadi Jatmiko menambahkan.
Secara terpisah, Kepala Bidang Humas
Polda Sumsel AKBP R Djarod menegaskan bahwa bentrokan yang terjadi di
Ogan Ilir itu sudah bisa dikendalikan, dan sekarang ini kondisi keamanan
di lokasi kejadian sudah kondusif.
Bentrokan diduga terjadi karena warga
menghadang aparat kepolisian yang sedang bertugas di sekitar kawasan
tempat kejadian tersebut, kata Djarot.
Sumber : suarapembaharuan
WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.
Kunjungi Alamat Baru Kami
Sabtu, Juli 28, 2012
ABG Itu Tewas Diterjang Peluru Polisi Saat Bentrok di Cinta Manis
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar