PETANI dari 21 desa di Kabupaten Ogan Ilir, Senin(2/7/12) aksi ke
Jakarta. Mereka mendatangi BPN Pusat. Sebelum itu mereka ke Mabes Polri.
Sekitar 600 an petani yang tergabung dalam Gabungan Petani Penesak
Bersatu ini berteriak lantang menuntut pengembalian lahan-lahan mereka
yang dikuasai PT Perkebunan Nusantara (PTPN) unit Cinta Manis. Lahan
yang dikuasi PTPN VII unit Cinta Manis, penuh sejarah paksa dan
intimidatif.
Husin, berusia 70 tahun lebih. Namun, dia tetap ikut
aksi ke Jakarta, demi merjuangkan hak yang telah lama terenggut. Dia
warga Desa Limanjaya. Menurut Husin, dulu, era orde baru, saat ingin
menguasai tanah warga, PT PN VII diperoleh dengan paksa.
“Tanah
digusur. Kalau kami tidak mau oleh bapak pembangunan itu akan ditahan.
Jadi, kami tak bisa berbuat apa-apa,” katanya saat berdialog dengan BPN.
Ketam, warga Desa Tanjung Laut mengungkapkan, kala pengambilan lahan
milik sang nenek, pada 1982, dia berusia 26 tahun. Dia ikut kala orang
BPN mengukur tanah keluarga itu.
“Diukur luas 70 ribu meter, itu
artinya tujuh ha. Dua tiga hari plang hilang.”Ternyata, tanah sudah
digusur. Dia dan nenek tak ada menerima ganti rugi, tanah sudah diambil
PT PN. “Bukan hanya nenek saya sendiri, warga lain di kampung juga
begitu.”
Menurut dia, seharusnya, perusahaan punya bukti uang
diberikan kepada siapa. Namun warga tak dapat berbuat apa-apa. Terlebih
dulu zaman Seoharto. “Dikasih tak dikasih, setuju tak setuju, tanah
tetap diambil.”
Abdul Muis, koordinator lapangan petani 21 desa
mengatakan, ketika hendak menguasai, tanah warga yang diukur itu
diciutkan. “Kami tak mau dengar masalah ganti rugi. Kami mau tanah warga
kembali lagi,” katanya.
WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.
Kunjungi Alamat Baru Kami
Selasa, Juli 03, 2012
Petani: Penguasaan Lahan PTPN VII Penuh Intimidasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar