JAKARTA - Indonesia Police Watch (IPW) menyayangkan
sikap pihak aparat kepolisian yang melakukan penyerangan terhadap
masyarakat di Desa Limbang Jaya, Kecamatan Tanjung Batu, Ogan Ilir,
Sumatera Selatan, pada Jumat, 27 Juli kemarin. Bentrok tersebut dipicu
oleh sengketa lahan antara warga setempat dengan PTPN VII Cinta Manis.
Menanggapi
hal tersebut, Ketua Presidium IPW Neta S Pane berpendapat bahwa
kemungkinan besar aparat kepolisian menerima suap dari pihak perusahaan.
“Jadi
ini kan kasus yang berulang-ulang. Ini menunjukan bahwa polisi masih
terlalu gampang diperalat oleh pengusaha. Padahal polisi itu dibiayai
oleh masyarakat,” jelasnya kepada Okezone di Jakarta, Sabtu (28/07/2012).
“Jadi
belakangan ini polisi terlalu gampang oleh perusahaan untuk menzalimi
masyarakat. Yang disuap pejabat atasan yang kemudian melepaskan anak
buahnya di lapangan,” sambungnya.
Neta berharap agar Komnas HAM
dan Kompolnas mampu mengusut adanya dugaan suap dalam tubuh kepolisian
terkasit kasus tersebut. Selain itu, dia juga mendesak agar Kompolnas
menelusuri latar belakang keterlibatan Brimob dalam bentrok yang menelan
korban jiwa tersebut.
“Harus dicari juga turunnya Brimob itu
mendapat biaya operasional dari PTP. Kalau terjadi biaya operasional,
bisa terjadi suap. Sebenarnya perlu tim independen, Komnas HAM dan
Kompolnas untuk menelusuri bantuan itu. Kalau itu ada pejabat pemberi
biaya itu harus dibawa ke pengadilan,” paparnya.
Selain membentuk
tim independen, lanjut Neta, Kapolri juga harus melakukan penyikapan
dengan cara memberikan peruingatan kepada Kapolda setempat. Sebab, dalam
peristiwa Kapolda Sumatra Selatan terkesan sangat lunak untuk
menerjunkan personilnya untuk menghadapi masyarakat.
“Selain
mengusut siapa yang melakukan penembakan adalah yang perlu dibawa ke
pengadilan adalah komandan Brimob yang memimpin dan Kasad Brimob Sumsel
karena melepas anggotanya cawe-cawe. Polri juga segera menegur Kapolda
Sumsel. Karena membiarkan Brimob melakukan penyerbuan,” ungkapnya.
Artikel Terkait:
- Anwar Sadat Teteskan Air Mata Saat Membacakan Pledoi
- 2014, Produksi Padi di OKI DiprediksiTerancam Menurun
- Masyarakat Tolak HGU Perusahaan
- WALHI Sumsel Desak Pangdam II Sriwijaya Tarik Pasukan dari Rengas
- Petani Desak Cabut HGU Sawit
- Tuntut Kesetaraan Hukum
- Stop Penangkapan Petani
- Walhi: bentuk Komisi Penyelesaian Konflik Agraria
- Petani Desak Penyelesaian Konflik Lahan
- HARI TANI NASIONAL: Konflik Lahan dan Impor Pangan Disorot
- Kejahatan Trans National Corporations dalam kebakaran hutan dan lahan di Indonesia Dibawa ke Jenewa
- Jadi Desa Ekologis di Sumsel : Berkonflik Panjang, Nusantara Menjaga Padi dari Kepungan Sawit
- Hari Pangan Se-Dunia, Walhi dan masyarakat Sipil Deklarasikan Nusantara Menuju Desa Ekologis.
- Pidato Sambutan Direktur Walhi Sumsel dalam Peringatan Hari Pangan Se-Dunia dan Deklarasi Nusantara Menuju Desa Ekologis
- Bahaya Hutang Bank Dunia Dalam Proyek KOTAKU
- Melanggar HAM, PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
- Sinarmas Forestry company found guilty of unlawful conduct by High Court over peat fires
- Diduga Rugikan Negara Rp3,6 Triliun, Walhi Laporkan Perusahaan Sawit dan Tambang ke KPK
- Peringati Hari Bumi, Walhi secara Nasional Gelar Karnaval di Palembang
- Indonesia suffers setback in fight against haze after suit rejected
0 komentar:
Posting Komentar