Setelah
mengalami kebuntuan dalam setiap pertemuan mediasi konflik, antara warga 21 desa yang tergabung di Gerakan
petani Penesak Bersatu (GPPB) dengan PTPN VII sejak 1982, kemarin(17/7) kondisi dilapangan di informasikan oleh beberapa orang warga memanas.
“Satu
unit mobil atau alat berat dan beberapa hektar perkebunan tebu milik
perusahaan, terbakar,” Ungkap salah
seorang warga dari Desa Betung, yang enngan disebut namanya, ketika dihubungi
sedang berada dilokasi kejadian.
Kebakaran
itu terjadi sekitar pukul 10 pagi, dan diikuti oleh terbakarnya kebun tebu
perusahaan, tapi menurut keterangan masyarakat tidak mengetahui siapa yang melakukan pembakaran, karena
warga saat kejadian sedang berada di kebun mengambil getah karet.
“Setiap
hari selasa kami biasa kekebon kareno besok kan ado pasar mingguan”, ungkap warga t saat
ditanya melalui telepon.
Mengenai
kebakaran kebun tebu biasanya memang
sering terjadi dan dilakukan oleh pegawai perusahaan terutama menjelang panen, karena
jika lahan dibakar terlebih dulu, hal
tersebut dapat mempermudah proses
pemanenan.
Hal
yang sama pun diutarakan oleh warga dari
Desa Sri Bandung yang saat dihubungi via handphone sedang berada di posko desa.
Semua
warga saat ini sedang berada di posko dan tidak melakukan
gerakan apapun, tapi kami melihat api berkobar dari dalam kebun kebun tebu PTPN
VII.
“Saya
dan warga lainnya berkumpul di posko dan tidak ada yang kami lakukan, disini
juga ada polisi yang menjaga kami, jadi polisi tahu bukan warga pelaku
pembakaran” Ungkap dia
Menyikapi
kericuhan yang terjadi dilapangan, Anwar sadat Direktur WALHI Sumsel mengatakan
Walhi menduga ada desain perusahaan untuk menciptakan kondisi ini, hal itu
tergambar dari kronologi yang diceritakan warga.
Bahwa
pada saat terjadinya kebakaran warga sedang berada di posko dan beraktifitas di
kebun mereka untuk mengambil getah karet. Rencananya, getah akan di jual pada pasar mingguan besok hari.
Kemudian, seperti diketahui bahwa beberapa orang pimpinan massa Koordinator kecamatan dan koordinator Desa
dari 21 desa yang berkonflik dengan PTPN VII sejak jumat minggu lalu berada di Jakarta
dan hari ini sedang diperjalanan pulang. Kondisi ini biasanya membuat
psikologis massa labil sehingga mudah dimanfaatkan oleh provokator untuk mematatahkan perjuangan warga. Hal itu
berujung kepada upaya kriminalisasi terhadap petani yang berjuang mengambil
lahannya.
“ada skenario besar yg sedang dijalankan perusahaan dibalik kejadian ini,tujuannya melemahkan perjuangan petani, apalagi
terakhir pertemuan di BUMN selasa kemarin juga deadlock” ungkap Sadat.
atas peristiwa ini sadat juga meminta kepolisian segera menangkap provokator yang diduga kuat pnya hubungannya dengan Perusahaan. Dan WALHI sumsel Mengutuk keras tindakan Kementrian BUMN dan PTPN VII
yang tidak memiliki komitmen untuk menyelesaikan konflik agraria yang tengah
meruncing saat ini"
0 komentar:
Posting Komentar