WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.
Kunjungi Alamat Baru Kami
Senin, Juli 30, 2012
Sengketa lahan Ogan Ilir diselidiki
Walhi Sumsel: Polisi Jangan Bohongi Publik
Dikdik Janji Usut Penembakan
Ketua Komnas HAM Ifdhal Kasim (tengah) memberikan keterangan kepada
wartawan saat jumpa pers terkait peristiwa bentrok Brimob dengan warga
Desa Limbang Jaya, Ogan Ilir Sumatera Selatan di Jakarta, kemarin.
INDERALAYA– Kapolda Sumsel
Irjen Pol Dikdik Mulyana Arief Mansyur berjanji mengusut tuntas kasus
tewasnya Angga Prima, 13, yang diduga tertembak oknum Brimob dalam
konflik sengketa lahan PTPN VII. “Saat ini petugas masih bekerja, dan
mudah-mudahan hasil labfor dapat diketahui dalam waktu dekat ini,
sehingga kasus penembakan bisa terungkap. Kami sendiri belum bisa
memastikan (siapa pelaku penembakan), masih tunggu hasil identifikasi,
biar jelas semuanya,” katanya saat memimpin langsung rekonstruksi kasus
tersebut di tempat kejadian perkara (TKP),kemarin.
Untuk
diketahui, awalnya ratusan warga menolak kedatangan polisi yang hendak
melakukan rekonstruksi di desa mereka. Warga hanya memperbolehkan
sejumlah polisi saja yang bisa masuk ke desa tersebut, dalam hal ini
Kapolda,Kapolres dan tim labfor. Itu pun setelah melalui negosiasi alot
dengan warga dan kades setempat. Pantauan SINDO di lapangan, tim
forensik yang berjumlah lima orang langsung bekerja dikerumuni warga.
Ratusan
warga menunjukkan bekas- bekas tembakan peluru, serta ceceran darah
yang masih ada di TKP. Sebagian besar warga mengaku sangat trauma dan
kecewa, atas perlakuan aparat yang telah menembaki warga.Warga hanya
berharap,Kapolda dapat kooperatif dan tidak melindungi anak buahnya yang
menembaki warga sampai tewas.“Hati kami ini sudah terpukul,kami
dianggap seperti binatang ditembaki seenaknya saja.
Tidak ada
lagi tempat kami untuk mengadu selain kepada Tuhan,”kata salah satu
warga,Parno. Sementara Wakil Ketua DPRD Ogan Ilir Arhandi Thabrani
menyatakan akan membentuk tim panitia khusus (pansus) investigasi atas
kasus ini. “Kami juga minta warga dapat menahan diri dan tidak mudah
terprovokasi dengan hal-hal yang dapat menyebabkan tindakan yang
menjurus ke anarkistis,”kata dia.
Ketua Komisi Perlindungan Anak
(KPAID) Palembang Adi Sangadi mengatakan, bentrok tersebut merupakan
sajian secara nyata layaknya perang, sehingga diyakini menimbulkan
trauma mendalam di masyarakat terutama anak-anak. “Psikologis anak-anak
di sana terang saja terganggu. Mereka memiliki ketakutan yang luar biasa
dengan aparat kepolisian.Suasana yang mencekam seperti perang selalu
ada di pikiran setiap anakanak di sana.
Memang, bukan tanggung
jawab kami untuk menyuruh mundur para anggota brimob atau Polri.Namun,
sebaiknya anggota Polri bisa menghargai psikologis seorang anak, dan
jangan berada di dalam kawasan desa, kasihan anak-anak di sana,”katanya.
Adi menyatakan, anakanak yang menjadi saksi bentrok tersebut pastinya
harus diberikan pemulihan secara mental dan kejiwaan. Semua elemen
terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan untuk
peka melihat permasalahan ini.
Apabila masalah ini tidak segera
diselesaikan, dirinya khawatir akan ada Angga-Angga lainnya yang menjadi
korban. Ia kembali menegaskan, agar institusi Polri sadar akan peran
dan fungsinya,yakni melayani mengayomi dan melindungi masyarakat, bukan
malah sebaliknya menjadi masyarakat sebagai musuh. “Apabila memang ada
kekeliruan di sana,kenapa tidak diturunkan intelijen saja.
Dan
apabila benar ada yang mencuri pupuk,kenapa tidak yang diturunkan polisi
senior yang memiliki kecakapan untuk negosiasi dan sebagainya,”
pungkasnya. Sementara itu, dukungan solidaritas dari kalangan
mahasiswaatas kasus ini juga makin meluas, salah satunya organisasi
mahasiswa Front Mahasiswa Nasional (FMN) di Palembang.
Mereka
membuka posko solidaritas mahasiswa di sektariat FMN, sekaligus
penggalangan dana bantuan pada korban penembakan. Sementara FMN di Kota
Lampung dan Jambi, juga menggelar kegiatan serupa.“ Aksi ini digelar
serentak oleh anggota FMN di beberapa kota. Aksi selama tiga hari di
Lampung, dan di Palembang ada posko diskusi bersama,” ujar Ketua FMN
Palembang Andi Rizaldi kemarin.
Andi juga menyesalkan salah satu
korban penembakan yang dilakukan aparat kepolisian merupakan anak-anak.
Kasus ini sekaligus menjadi contoh tidak adanya rasa aman bagi warga
desa yang mengalami konflik agraria.“Seharusnya, warga sipil terutama
anakanak lebih dilindungi. Kami menuntut pihak kepolisian
bertanggungjawab,”tukas dia.
Pemerintah Ingkar
Dari
Jakarta, Dewan Pimpinan Nasional Relawan Perjuangan Demokrasi (DPN
Repdem) dalam siaran persnya menyatakan, insiden berdarah ini terjadi
akibat lambannya pemerintah dalam menyelesaikan konflik agraria.
Maraknya konflik agraria yang selalu disertai pelanggaran HAM oleh
aparat kepolisian/ TNI sepanjang pemerintahan Presiden SBY ini,
dikarenakan pemerintah masih menggunakan cara-cara barbar dan primitif
dalam mengatasi konflik agraria.
Padahal,cara-cara pendekatan
kekuatan represif aparat keamanan seperti yang sering digunakan pada
masa Orde Baru,sudah terbukti gagal dan bahkan akan meningkatkan
eskalasi konflik agraria semakin masif. Tingginya tingkat konflik
agraria di masa pemerintahan Presiden SBY ini juga sekaligus menunjukkan
bahwa Presiden SBY telah mengingkari janjinya untuk melaksanakan
reforma agraria atau pembaruan agraria sebagaimana yang dijanjikan sejak
awal berkuasa.
Selain itu, Presiden yang seharusnya
bertanggungjawab untuk memimpin langsung penyelesaian konflik agraria
justru lepas tangan dan menyerahkan penyelesaian konflik agraria melalui
sebuah Tim,TPGF,dan sejenisnya. “Padahal, Ketetapan MPR Nomor
IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya Alam,
sudah memerintahkan penyelesaian konflik yang berkenaan dengan
sumberdaya agraria, sekaligus mengantisipasi potensi konflik di
masa-masa yang akan datang,” kata Ketua DPN-Repdem Bidang Penggalangan
Tani Sidik Suhada.
Sidik juga menuntut, Mabes TNI/Mabes Polri
untuk menindak tegas aparat TNI/Polri yang melakukan kekerasan dalam
konflik agraria,serta segera menarik semua pasukan dari kawasan konflik
agraria. Dia pun mendesak Presiden SBY segera menyelesaikan konflik
agraria dengan membentuk komite penyelesaian konflik agraria di
Indonesia. Selain itu, pemerintah juga harus segera membentuk lembaga
pengadilan yang bersifat khusus untuk menangani perselisihan konflik
agraria.
Polda Belum Tetapkan Tersangka
Hingga
kemarin malam penyidik Polda Sumsel tampaknya belum berani menyimpulkan
siapa oknum Brimob yang menembak mati Angga Prima, 13,warga Desa
Limbang Jaya, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten OI.”Tim masih bekerja di
lapangan untuk mencari barang-bukti (BB) baru, guna mengungkap penyebab
tewasnya korban Angga, apakah benar terkena peluru atau bukan.
Nah
untuk menyimpulkan itu butuh proses dan waktu sesuai prosedur
berlaku,tidak bisa cepat menyimpulkan, nanti salah,” kata Pjs Kabid
Humas Polda Sumsel AKBP R Djarod Padakova, kemarin. Perwira melati dua
ini kembali meminta masyarakat dan media untuk bersabar, karena jika
salah menyimpulkan tanpa hasil penyelidikan di lapangan dengan didukung
bukti yang kuat, akan menjadi masalah baru. ”Yang jelas,kalau sudah ada
kesimpulan resmi, kita akan beritahu hasilnya kepada teman-teman media
cetak dan elektronik,”janjinya.
Disinggung bagaimana
perkembangan proses penyidikan terhadap para anggota yang ada di
lapangan saat terjadinya bentrok dengan warga, Djarod mengatakan, saat
ini semua anggota yang berada di TKP saat kejadian, termasuk anggota
Brimob sedang dimintai keterangan secara intensif oleh anggota Bidang
Propam Polda Sumsel
Selengkapnya...
Komnas HAM Siap Jadi Mediator Warga Ogan Ilir dan PTPN VII
Jurnas.com | KETUA Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM), Ifdhal Kasim, menegaskan, komisinya akan menjadi mediator
sekaligus melakukan investigasi terkait masalah sengketa lahan di
Kecamatan Ogan Ilir, Sumatera Selatan, antara warga dan PT Perkebunan
Nusantara VII.
Ia menjelaskan, sebelumnya, warga Ogan Ilir sudah
mendatangi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada tanggal 16
Juli lalu. "Tapi ga ada jawaban positif dari kementerian," kata Ifdhal kepada wartawan, di Jakarta, Minggu (29/7).
Ia
menilai, semestinya, Kementerian BUMN menjawab apa yang sudah
diresahkan warga. Namun nyatanya, pihak Kementerian BUMN justru
melimpahkan masalah tersebut ke pundak Polri. " Polri tidak menjawab
akan masalah tersebut. Dia hanya menjawab kalau warga bertindak anarkis,
padahal PTPN sendiri merupakan perusahaan perkebunan milik negara,
"katanya.
Ifdhal berpendapat, sebaiiknya jangan sampai menunggu
warga bertindak anarkis. "Jangan sampai menunggu warga marah dulu baru
polisi bertindak anarkis. Kemudian, ada alasan baru bagi polisi untuk
bertindak. Ini tidak adil buat warga," katanya.
Karena itu,
lanjut Ifdal, Komnas HAM akan mengupayakan mediasi. "Komnas HAM akan
mencoba mengajak pihak PTPN dan warga untuk mencari win win solution. Jadi, diharapkan warga tidak dikeluarkan dari tanah yang di klaim oleh PTPN," kata Ifdhal.
Dalam mencari win-win solution
dengan jalur mediasi, menurut Ifdhal, pemerintah setempat juga harus
mengambil tanggung jawab untuk memfasilitasi antara warga dengan PTPN.
"Kami juga mengupayakan adanya dialog. Selain itu, juga menginvistigasi
peritiwa penembakan itu," ujar Ifdhal.
Dengan begitu, Komnas HAM
mau tidak mau memainkan dua peran sekaligus, seperti mediasi yang
berkenan dengan tertembaknya anak 12 tahun. "Karenanya, kami juga ingin
memastikan adanya proses terhadap orang yang melakukan penembakan itu
dan harus ada upaya hukum," ujarnya.
Selengkapnya...
ELSAM Desak Kapolri Evaluasi Brimob di Sumsel
Jurnas.com | LEMBAGA Studi dan Advokasi Masyarakat
(ELSAM) mendesak Kapolri untuk segera mengevaluasi keberadaan Brimob di
Provinsi Sumatera Selatan. Desakan itu menyusul insiden penembakan oleh
oknum Brimob yang menewaskan seorang anak di Desa Limbang Jaya,
Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan, Jumat (27/7) kemarin.
“Kapolri
segera mengevaluasi Brimob di Sumatera Selatan dan memproses
pelanggaran hukum yang dilakukannya terhadap warga Ogan Ilir,
Sumsel,”ujar Dierktur Eksekutif ELSAM, Indriaswati Dyah Saptaningrum,
dalam siaran pers kepada Jurnal Nasional, Sabtu (28/7).
ELSAM
sangat menyayangkan terus berulangnya konflik pertanahan yang berujung
pada jatuhnya korban jiwa. Sebelumnya, konflik serupa terjadi di Bima,
Nusa Tenggara Barat, dan Mesuji di Lampung.
Terus berulangnya
tindakan Brimob dalam melakukan penanganan terhadap aksi protes dalam
konflik lahan tersebut, kata Indriaswati, menimbulkan kesan adanya
pengabaian secara sengaja oleh Kepolisian RI terhadap rekomendasi KOMNAS
HAM dalam kasus Bima, maupun Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF Mesuji)
untuk melakukan evaluasi internal untuk mencegah terulangnya praktek
serupa.
ELSAM juga mendesak Kapolda Sumatera Selatan menghentikan
tindakan brutalitas aparatnya dan menarik dari lokasi kejadian serta
segera memproses secara hukum bawahannya tersebut. ”Kapolda Sumatera
Selatan harus melihat secara obyektif kasus ini sehingga dapat secara
profesional menjalankan tugasnya dalam memberikan perlindungan bagi
warga dan bukan justru menjadi ancaman serius bagi keselamatan warga
sipil,”ujar Indriaswati.
ELSAM juga mendesak Kapolda Sumatera
Selatan untuk segera melepaskan warga yang ditangkap dan ditahan tanpa
prosedur yang jelas dalam peristiwa tersebut. Pemerintah Kabupaten Ogan
Ilir beserta jajarannya juga diharapkan untuk tanggap terhadap kasus
tersebut dengan mengedepankan perlindungan terhadap warganya, guna
meminimalisasi konflik yang dikhawatirkan akan meluas.
Indriaswati
juga mendesak Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) agar aktif
memberikan perlindungan dan layanan bantuan kepada para korban dan saksi
peristiwa tersebut. ”Komnas HAM melakukan penyelidikan lapangan
terhadap kasus ini sesegera mungkin,”ujarya.
Selengkapnya...
Hentikan Kekerasan Sengketa Lahan
KOMISI untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) meminta penghentian penggunaan kekuatan senjata dalam menyelesaikan sengketa lahan seperti yang terjadi di desa Limbang Jaya Kecamatan Ogan Ilir Sumatera Selatan.
Berdasar data KontraS, peristiwa tersebut mengakibatkan Angga bin Darmawan (12) meninggal akibat luka di kepala pada Jumat (27/7). Selain itu, empat orang mengalami luka tembak dengan kondisi kritis. Mereka adalah Jessica (perempuan, 16 tahun, cucu dari anggota DPRD Ogan Ilir), Dud binti Juning (perempuan, 30 tahun), Rusman bin Alimin (laki-laki, belum diketahui umurnya), dan satu lagi belum diketahui namanya.
"Komnas HAM dan Ombudsman RI harus segera melakukan investigasi atas rangkaian tindak kekerasan di Ogan Ilir ini," ucap Koordinator KontraS Haris Azhar, Sabtu (28/7).
Mengutip catatan Walhi Sumatera Selatan dan pemantauan yang dilakukan KontraS, Haris menyebut bahwa aksi kekerasan terhadap masyarakat yang berkonflik dengan PTPN VII ini dimulai sejak 17 Juli 2012. "Hingga kini sembilan warga ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Mapolda Sumatera Selatan," kata Haris.
Insiden kekerasan ini adalah buntut dari sengketa lahan antara warga 22 Desa di sekitar PTPN VII Cinta Manis terkait dengan pengambilalihan lahan usaha masyarakat sekitar. "Kami menyangkan peristiwa ini terjadi hanya dua hari setelah Presiden SBY menyatakan akan membentuk tim penyelesaian sengketa agraria. Hal ini menunjukkan bahwa pernyataan Presiden SBY diabaikan oleh polisi yang berhadapan dengan masyarakat di Ogan Ilir."
Menteri BUMN diminta mengkaji permasalahan pertanahan yang dimiliki oleh PT Perkebunan Negara (PTPN) di Indonesia. Hal itu penting dilakukan sebagai titik masuk penyelesaian konflik pertanahan di lingkup BUMN, khususnya PTPN.
"Menteri BUMN sudah seharusnya melakukan pengkajian guna penyelesaian permasalahan pertanahan PT PN yang bisa jadi masukan bagi presiden dalam penyelesaian konflik pertanahan di lingkup BUMN khususnya PTPN," ujar Ketua IHCS (Indonesian Human Rights Committee for Social Justice), Gunawan, kepadaJurnal Nasional, Sabtu (28/7).
Gunawan sangat menyayangkan insiden yang melibatkan BUMN, yang seharusnya mendatangkan kemakmuran bagi rakyat. "PTPN gagal mewujudkan BUMN untuk mengelola kekayaan alam guna sebesar-besar kemakmuran rakyat," ujarnya.
Gunawan mendesak pemerintah untuk membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) seperti dalam kasus Mesuji beberapa waktu lalu. Ia juga mendesak pemerintah untuk menyelesaikan konflik agraria secara menyeluruh. Penyelesaian itu, katanya, harus seiring dengan realisasi pembaruan agraria, sehingga keadilan agraria bisa terwujud.
"Keadilan agraria itu membawa dampak pada dikuranginya potensi konflik agraria dan pemulihan hak-hak petani korban,"ujarnya. ‘‘
Yang juga penting dilakukan, tambah Gunawan, adalah mengembangkan dialog ketika muncul sebuah masalah. "Dialog harus terus dikembangkan guna mengupayakan penyelesaian konflik agraria dan pelaksanaan reforma agraria dan mediasi konflik agraria harus tidak mengenal katadead locksehingga meminimalisir penggunaan kekerasan sebagai solusi," ujarnya.
Propam Kepolisian Daerah Sumatera Selatan akan membentuk tim untuk memintai keterangan terhadap anggotanya yang mengeluarkan tembakan terkait insiden bentrok antara warga Desa Limbangan Jaya,Kabupaten Ogan Ilir dengan kepolisian.
"Apabila nanti terbukti ada anggota dalam melaksanakan tugas menyalahi prosedur akan diambil tindakan tegas sesuai proses hukum yang berlaku " kata Kabid Humas Polda Sumatera Selatan (Sumsel) AKBP Djarod P dalam penjelasannya kepada wartawan, Jumat malam (27/7). Selengkapnya...
Neta S Pane: Penyerbuan Brimob Janggal
Jurnas.com | PENYERBUAN Brimob ke Desa Limbang Jaya,
Ogan Ilir Sumatera Selatan pada Jumat, 27 Juli kemarin dinilai janggal.
Alasan patroli dialogis dianggap hanya mengada-ada.
Ketua
Presidium Indonesia Police Watch (IPW),Neta S Pane, menilai, harus ada
yang bertanggung jawab terhadap penyerbuan yang berujung pada tewasnya
seorang bocah berusia 12 tahun ini.
Melalui siaran persnya,
Minggu (29/7) Neta setidaknya melihat ada lima kejanggalan dibalik
penyerbuan Brimob tersebut. “Pertama, benarkah ada pencurian pupuk milik
PTPN VII Cinta Manis,” kata Neta.
Jika memang ada, kata Neta, apakah seluruh warga Desa Limbang Jaya diduga terlibat sehingga harus diserbu oleh Brimob.
Keanehan
selanjutnya, dikatakan Neta, jika memang ada pencurian pupuk, mengapa
sampai personel brimob yang diturunkan untuk menangkap pelaku pidana
pencurian. Tugas itu seharusnya cukup dilakukan oleh personel reserse.
Soal
alasan Polri, bahwa pengerahan personel Brimob ke Desa Limbang Jaya
adalah salah satu bentuk patroli dialogis, menurut Neta tidak tepat,
sebab tindakan Brimob tersebut lebih tepat disebut penyerbuan. Pasalnya,
tidak ada istilah patroli dialogis yang selama ini dikenal. “Kalaupun
ada, namanya operasi dialogis yang sifatnya tertutup,” kata Neta.
Operasi
dialogis ini dilakukan dengan melakukan pendekatan dengan tokoh-tokoh
masyarakat agar membantu menyerahkan pelaku pencurian pupuk itu.
Sebagai
sebuah operasi pengerahan personel, Neta menilai ada perintah yang
terstruktur dalam operasi ini. Apalagi saat itu personel bersenjata
lengkap yang diangkut dengan puluhan truk. "Harus ada yang bertanggung
jawab dalam operasi berdarah ini, "ujarnya.
Neta juga
mempertanyakan pembiayaan dibalik operasi ini serta patut dipertanyakan
keterlibatan manajemen PTPN VII Cinta Manis yang merasa kehilangan
pupuk. “Apakah PTPN membantu dana operasinya, jika ada, ini merupakan
gratifikasi dan suap,” kata Neta.
Itu artinya, lanjut Neta, Polri
telah diperalat untuk menzalimi warga Desa Limang Jaya sehingga patut
dilakukan pemeriksaan pula terhadap manajemen PTPN VII Cinta Manis.
Selengkapnya...
PPP: Polri Sama Sekali Tidak Peduli Instruksi Presiden
RMOL. Tindakan yang seharusnya
digunakan dalam menyelesaikan konflik antara rakyat Ogan Ilir dengan
PTPN VII adalah dialog, bukan tindakan kekerasan dan hukum semata.
Anggota
Komisi III DPR dari Fraksi PPP, Ahmad Yani, dalam keterangan persnya
menuturkan, tewasnya bocah 12 tahun, Angga bin Darmawan, akibat tembakan
Brimob adalah bukti paling gamblang bahwa Polri tidak mengindahkan
Instruksi Presiden RI yang baru diumumkan (Rabu, 25/7).
Dalam
instruksinya, Presiden SBY memerintahkan seluruh jajaran pemerintah
menyelesaikan konflik rakyat dengan PTPN Cinta Manis dengan cara sosial
dan budaya. Presiden pun sudah menginstruksikan pembentukan tim terpadu
guna menyelesaikan konflik lahan antara warga dan PTPN VII Cinta Manis.
Selanjutnya,
Presiden meminta Kapolda Sumsel segera menarik pasukan polisi di
lapangan untuk mendinginkan suasana dan segera Polda mengambil alih
kendali atas seluruh operasi yang menggunakan pendekatan persuasif dan
diolog dengan tokoh masyarakat dan ulama, guna mencegah meluasnya
konflik dan bertambahnya jatuhnya korban.
Kini, setelah semua
instruksi itu terbukti tidak dianggap Polri, Ahmad Yani yang mengaku
geram atas tragedi itu berniat melakukan penyelidikan lapangan.
"Saya akan mendesak Komisi III segera turun ke lokasi kejadian, untuk melakukan investigasi," janji Ahmad Yani.
Selengkapnya...
Minggu, Juli 29, 2012
"Polisi Terlalu Gampang Diperalat oleh Pengusaha"
JAKARTA - Indonesia Police Watch (IPW) menyayangkan
sikap pihak aparat kepolisian yang melakukan penyerangan terhadap
masyarakat di Desa Limbang Jaya, Kecamatan Tanjung Batu, Ogan Ilir,
Sumatera Selatan, pada Jumat, 27 Juli kemarin. Bentrok tersebut dipicu
oleh sengketa lahan antara warga setempat dengan PTPN VII Cinta Manis.
Menanggapi
hal tersebut, Ketua Presidium IPW Neta S Pane berpendapat bahwa
kemungkinan besar aparat kepolisian menerima suap dari pihak perusahaan.
“Jadi
ini kan kasus yang berulang-ulang. Ini menunjukan bahwa polisi masih
terlalu gampang diperalat oleh pengusaha. Padahal polisi itu dibiayai
oleh masyarakat,” jelasnya kepada Okezone di Jakarta, Sabtu (28/07/2012).
“Jadi
belakangan ini polisi terlalu gampang oleh perusahaan untuk menzalimi
masyarakat. Yang disuap pejabat atasan yang kemudian melepaskan anak
buahnya di lapangan,” sambungnya.
Neta berharap agar Komnas HAM
dan Kompolnas mampu mengusut adanya dugaan suap dalam tubuh kepolisian
terkasit kasus tersebut. Selain itu, dia juga mendesak agar Kompolnas
menelusuri latar belakang keterlibatan Brimob dalam bentrok yang menelan
korban jiwa tersebut.
“Harus dicari juga turunnya Brimob itu
mendapat biaya operasional dari PTP. Kalau terjadi biaya operasional,
bisa terjadi suap. Sebenarnya perlu tim independen, Komnas HAM dan
Kompolnas untuk menelusuri bantuan itu. Kalau itu ada pejabat pemberi
biaya itu harus dibawa ke pengadilan,” paparnya.
Selain membentuk
tim independen, lanjut Neta, Kapolri juga harus melakukan penyikapan
dengan cara memberikan peruingatan kepada Kapolda setempat. Sebab, dalam
peristiwa Kapolda Sumatra Selatan terkesan sangat lunak untuk
menerjunkan personilnya untuk menghadapi masyarakat.
“Selain
mengusut siapa yang melakukan penembakan adalah yang perlu dibawa ke
pengadilan adalah komandan Brimob yang memimpin dan Kasad Brimob Sumsel
karena melepas anggotanya cawe-cawe. Polri juga segera menegur Kapolda
Sumsel. Karena membiarkan Brimob melakukan penyerbuan,” ungkapnya.
Selengkapnya...
Kemelut Cinta Manis Satu Tewas Belasan Luka Tembak
Puncak dari kemelut sengketa lahan yang terjadi antara warga dan
manajemen Pabrik Gula Cinta Manis Milik Perkebunan Nusantara VII di
Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, menyebabkan satu warga tewas dan
belasan warga mengalami luka tembak. Satu warga meninggal, Angga 12
tahun , berasal dari Desa Limbang Jaya, Tanjung Laut Kabupaten Ogan
Ilir.
Menurut Kepala Divisi Pengembangan Pengorganisasian
Rakyat Walhi Sumsel Hadi Jatmiko, bentrok tersebut terjadi mulai Jum'at
(27/7) karena aparat memasuki pemukiman warga dan menggeledah rumah
warga dengan alasan mencari pupuk yang hilang di PTPN VII Cinta Manis
Bentrok tersebut sampai sekarang masih terjadi.
Seorang anak laki
laki berusia 12 tahun tewas. Sedangkan Rusman bin Alimin tertembak di
bagian kepala dan dalam kondisi kritis menuju rumah sakit di Palembang,
Kabid Humas Polda Sumsel AKBP. R. Jharot Pandakova menjelaskan,
bentrok terjadi Jumat sekitar pukul 16.00 WIB di lahan Rayon Tiga Cinta
Manis. "Tim penyidik dari satuan Brimob dihadang beberapa warga, mereka
olah TKP perihal hilangnya 127 ton pupuk milik PTPN VII Cinta Manis.
Saat ini kami masih menyelidiki kejadian tersebut, tim kami sedang
meluncur ke TKP," katanya.
Informasi yang dihimpun dari tempat
kejadian Jumat siang menyebutkan, ratusan aparat Brimob Polda Sumsel
mendatangi dan melakukan sweeping di 3 desa yaitu Desa Betung, Sri
Tanjung, dan Sri Kembang dan menangkap sedikitnya 2 orang petani dari
desa Sri Tanjung.
Pukul 16.00 Wib ratusan Brimob kembali mendatangi
Desa Limbang Jaya. Warga yang melihat brimob memasuki desa mereka,
akhirnya secara beramai ramai mendatangi pasukan tersebut dengan maksud
menanyakan kepentingan Brimob memasuki desa mereka.
Namun
melihat banyaknya warga mendatangi mereka, pasukan yang menggunakan
senjata lengkap tersebut langsung mengeluarkan tembakan ke arah warga.
Bentrok antara Brimob dengan warga pun tak dapat di hindari.
Karena
tembakan secara membabi yang dilakukan oleh aparat brimob tersebut,
seorang anak berumur 12 tahun kelas 1 SMP bernama Angga bin Darmawan
tewas tertembak di kepalanya. Saat itu, Angga baru keluar dari tempat
permainan Play Station karena mendengar keramaian.
Warga yang alami
luka tembak dan kritis sedikitnya 5 orang, satu orang bernama Rusman
bin alimin (kritis). Semua korban saat ini sedang berada di Puskesmas
Desa Tanjung Batu dan informasinya akan dievakuasi ke rumah sakit
Bhayangkara Palembang. Lima yang kritis dan kebanyakan perempuan salah
satunya jesika cucu dari anggota DPRD Ogan Ilir.
Kabar
kembali jatuh korban di PTPN 7 yang menewaskan warga setempat, mendapat
reaksi keras Wakil Ketua DPRD Sumsel, MA Gantada. Menurutnya, peristiwa
tersebut tidak selayaknya terjadi.
"Saya sangat menyayangkan
peristiwa bentrok yang kabarnya menelan korban jiwa yang berasal dari
masyarakat setempat. Seharusnya pihak kepolisian tidak memperlihatkan
kearoganannya dengan melakukan tindak kekerasan pada rakyat. Itu
sebabnya saya minta Kapolda segera menarik mundur pasukannya," kata kata
Ganta dihubungi Jum'at malam (27/7).
Wakil rakyat dari daerah
pemilihan (Dapil) OKI OI tersebut mengatakan, saat ini pihaknya sudah
melakukan berbagai mediasi dengan pihak terkait. Seharusnya tindakan
preventif yang dilakukan pihak kepolisian. Namun, yang terjadi malah
metode kekerasan.
sumber : Jurnas.com
Selengkapnya...
Polisi Dituding Tengah Menghilangkan Bukti Penembakan di Ogan Ilir
“Misalnya korban yang tertembak itu tadi dioperasi secara mendadak, kemudian banyak polisi yang menjaga. Kemudian secara tiba-tiba barang bukti kan hilang, saya menduga kan dimanipulasi untuk menghilangkan bukti. Iya saya kira.”
Awal Mula Sengketa Lahan PTPN di Ogan Ilir
Ketegangan warga Ogan Ilir dan PTPN VII terentang sejak 30 tahun lalu.
Ketua Komnas HAM, Ifdhal Kasim, menyatakan, bentrok semacam itu bukan pertama kali terjadi di Ogan Ilir. Sejarah konflik agraria di daerah tersebut bahkan cukup panjang, dimulai pada 1982 --tahun dimulainya pembangunan PTPN VII Unit Cinta Manis.
Idhal memaparkan, pembangunan Unit Cinta Manis membuat para petani di 20 desa dari 6 kecamatan di Ogan Ilir terpaksa menyerahkan lahan mereka untuk dijadikan perkebunan tebu.
Secara umum, Ifdhal melanjutkan, proses peralihan tanah rakyat menjadi milik PTPN VII pada 1982 itu relatif sama, di mana ada ketidakpuasan masyarakat atas kompensasi yang mereka terima. Sengketa antara warga dan PTPN ini pun mau tak mau membuat aparat keamanan terlibat di dalamnya.
Tanggal 4 Desember 2009, menurut Ifdhal, terjadi pembongkaran pondok-pondok petani yang berakhir dengan peristiwa menembakan terhadap warga Desa Rengas, Kabupaten Ogan Ilir, oleh anggota Brimob.
Terkait bentrok 27 Juli 2012 yang terbaru di Ogan Ilir, Komnas HAM membentuk tim investigasi untuk menyelidiki dugaan terjadinya pelanggaran HAM pada peristiwa itu.
Komnas HAM juga meminta kapolri menarik seluruh pasukan Brimob dari wilayah itu, mendesak Menteri Negara Negara BUMN Dahlan Iskan untuk menyelesaikan konflik lahan yang melibatkan PTPN, dan meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merealisasikan pembentukan Tim Penanganan Konflik Agraria. (art)
SBY Dinilai Masih Belum Sanggup Selesaikan Konflik Agraria
Berarti sama saja dengan membarakan konflik di tengah masyarakat
Penembakan Brimob Polda Sumsel di Cinta Manis, Sumatera Selatan, adalah
praktek pelanggaran hak asasi manusia (HAM), dalam konflik agraria
sehingga harus diselidiki oleh berbagai lapisan penyidik.
Ketua Indonesian Human Rights Committee for Social Justice (IHCS),
Gunawan, menyatakan, hal yang ironis adalah melihat kekerasan terhadap
petani, terjadi ketika Indonesia dalam situasi rawan pangan.
Dalam situasi demikian, katanya, seharusnya negara melindungi dan
memenuhi hak-hak petani, agar bisa diwujudkan kedaulatan pangan.
Dia menilai kekerasan di Cinta Manis adalah tamparan bagi Pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), karena terjadi pada periode kedua
pemerintahannya.
Ini berarti ada bukti bahwa meski sudah dua periode, Presiden SBY tetap
gagal merealisasikan janjinya, untuk laksanakan pembaruan agraria, yang
intinya berisi redistribusi tanah untuk petani.
"Serta pemerintahannya gagal melaksanakan penyelesaian konflik agraria,
di mana petani menjadi korban perampasan tanah, pembunuhan,
penganiayaan, kriminalisasi," kata Gunawan, di Jakarta, Minggu (29/7).
Anehnya, kata Gunawan, justru kini kepolisian mempraktekan militerisme
sehingga mengedapankan cara-cara kekerasan terhadap petani dalam konflik
agraria.
Di sisi lain, PTPN gagal mewujudkan BUMN sebagai bagian negara dan
rakyat, untuk mengelola kekayaan alam guna sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Secara terpisah, Koordinator Kontras Haris Azhar menyatakan, aksi
kekerasan terhadap masyarakat yang berkonflik dengan PTPN VII itu adalah
rangkaian sejak 17 Juli 2012 lalu.
Puluhan warga menjadi korban kriminalisasi, dimana tercatat hingga kini
sembilan orang warga ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Mapolda
Sumatera Selatan.
"Kami menyayangkan peristiwa ini terjadi hanya dua hari setelah Presiden
SBY menyatakan akan membentuk tim penyelesaian sengketa agraria. Hal
ini menunjukan bahwa pernyataan Presiden SBY diabaikan oleh Polisi yang
berhadapan dengan masyarakat di Ogan Ilir," tegas Haris.
Dia melanjutkan pihaknya menilai penyelesaian masalah itu tidak bisa
hanya diserahkan ke aparat kepolisian, yang berarti sama saja dengan
membarakan konflik di tengah masyarakat.
"Kami meminta Pemerintah segera menghentikan penggunaan kekuatan senjata
dan cara kriminalisasi dalam menghadapi masyarakat disengketa sumber
daya alam. Kami juga mendesak Komnas HAM dan Ombudsman RI untuk segera
melakukan investigasi atas rangkaian tindak kekerasan di Ogan Ilir,"
tandas dia.
Bentrok antara warga desa setempat dan aparat kepolisian, berawal dari
laporan perusahaan perkebunan tebu Cinta Manis PTPN VII, yang kehilangan
pupuk sebanyak 127 ton di Rayon tiga pada 17 Juli 2012.
Saat personel Polda Sumsel dan Polres Ogan Ilir, mengadakan olah TKP dan
patroli serta dialog dengan warga, situasi cukup kondusif.
Namun, saat iring-iringan anggota dari Polres yang terdiri atas
penyidik, intel, sabhara, dan Brimob itu kemudian terlibat bentrok
dengan warga.
Akibat bentrokan tersebut, seorang anak bernama Angga Bin Darmawan, 12,
tewas di tempat kejadian akibat tertembak di bagian kepala.
Sementara, empat orang lainnya mengalami luka tembak di bagian bahu dan
tangan kiri yakni, Rusman, 36, Yarman, 50, Farida, 46, tertembak di
bagian tangan kanan dan Man, 30, di bagian telinga kiri.
Selengkapnya...
Sabtu, Juli 28, 2012
ABG Itu Tewas Diterjang Peluru Polisi Saat Bentrok di Cinta Manis
PALEMBANG]
Bentrok tak dapat dibendung antara masyarakat Cinta Mnis dengan Aparat
Kepolisian dari jajaran Polda Sumatra Selatan. Akibatnya, seorang anak
berusia 13 tahun siswa
kelas 1 MTs tewas di tempat diterjang peluru dibagian kepala.
Anak yang tewas bernama Angga (11), warga Desa Tanjung
Pinang II, Kecamatan Tanjungbatu, Kabupaten Ogan Ilir (OI), Sumsel .
Peluru diduga mengenai bagian kepalanya yang kuat dugaan pula dari
tembakan aparat Brimob Polda Sumsel yang menyusuri
Desa Limbang Jaya, pada Jumat (27/7) kemarin sore.
Kemudian empat orang warga lainnya mengalami luka-luka
diduga juga akibat tembakan peluru nyasar yang ditembakkan menurut
warga secara bertubi-tubi.Mereka bernama Rusman (36) luka di lengan
kiri, Yarman (45) luka di lengan kiri atas, Farida
(49) luka lengan kanan atas dan Jesika luka kena pecahan kaca akibat
tembakan peluru ke kaca rumah.
Korban diketahui merupakan warga Desa Limbang Jaya I yang berada di
lokasi terjadinya penembakan oleh aparat Brimob. Sementara korban
Angga, saat kejadian berada di jalan depan Masjid Assadah menjadi korban
sasaran peluru. Bahkan rumah Zawawi (75) kaca rumahnya
pecah dihantam tembakan. Menurut Koordinator Walhi Sumsel Anwar Sadat
gambaarannya mencekam seperti peperangan saja.
Menurut warga, saat kejadian, satu pasukan Brimob masuk melalui arah
darat berada di posisi ujung jalan poros tengah desa arah Utara,
menyusuri desa. Belum diperoleh informasi mengapa anggota Brimob
menyelusuri desa. Kemudian, terdengar bunyi pukulan beduk
persis saat masuk salat Ashar. Pasukan Brimob ini merasa mereka akan
dikepung warga sehingga memberikan tembakan ke atas.
Pada saat bersamaan ternyata ada satu pasukan Brimob lagi yang berada di
sebelah selatan jalan poros tengah desa arah keluar kampung menuju
jalan Ke Tanjungbatu atau keluar desa. Pasukan ini bergerak mendekat
lokasi arah masjid menuju Dusun II Limbang Jaya.
Diduga karena salah informasi dari pasukan Brimob pertama yang merasa
dikepung akhirnya pasukan Brimob yang baru masuk desa mengeluarkan
tembakan bertubi-tubi hingga sebagian pelurunya ada yang diduga mengenai
para korban dan kaca rumah warga.
Zawawi, yang kaca rumahnya pecah sangat emosi. Ia mengungkapkan mengutuk
aksi penbembakan yang dilakukan aparat brimob. "Waktu tembakan itu kami
berada di dalam rumah. Untung tidak ada keluarga kami yang kena peluru.
Hanya kaca rumah saya yang pecah," kata
Zawawi seraya mempertanyakan ada apa brimob berlaku begitu kepada
masyarakat Desa Limbang Jaya.
"Kami menilai ini bukan masalah PTPN lagi. Mengapa brimob menembaki
warga di tengah desa, padahal tidak ada aset PTPN di desa ini,"
ujarnya.
Sementara itu, Kepolisian Daerah
Sumatera Selatan mengharapkan warga di Kabupaten Ogan Ilir di sekitar PT
Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Cinta Manis tetap tenang, menyusul
bentrokan aparat kepolisian dengan masyarakat
Desa Limbung Jaya, Jumat petang.
Masyarakat kami harapkan tetap tenang,
dan jangan mudah terpancing isu yang belum tentu kebenarannya, kata
Kabid Humas Polda Sumsel, AKBP R Djarod P, saat dihubungi di Palembang,
Jumat malam.
Djarod membenarkan adanya kejadian
perselisihan atau bentrokan antara aparatnya dengan warga setempat.
Namun hal itu sudah dapat diselesaikan, kata dia.
Menurut dia, dalam kejadian tersebut
seorang warga setempat meninggal akibat terkena peluru nyasar. Selain
itu, ada tiga warga lainnya yang mengalami luka-luka, dan telah dibawa
ke rumah sakit. Kata dia, atas kejadian tersebut,
pihaknya masih akan terus menyelidiki dan memastikan bila benar
aparatnya bersalah, akan diproses sesuai hukum berlaku. "Kami tetap akan
menindak bila ada anggota bersalah atas kejadian tersebut," ujar dia
lagi.
Namun, berdasarkan keterangan
anggotanya di lapangan itu telah melakukan pengamanan sesuai petunjuk
dan prosedur hukum yang berlaku. Katanya, saat ini pengamanan di lokasi
kejadian, diperketat agar kondisinya tetap aman dan
untuk mengantisipasi supaya kejadian itu tidak berkembang lebih lanjut.
Menurut Djarot, jajaran Polda Sumsel
akan terus mengantisipasi supaya kondisi keamanan di lokasi kejadian
tetap aman, dan permasalahan yang terjadi tidak berkembang meluas lagi.
Aktivis Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia (Walhi) Sumsel, Hadi Jatmiko, memastikan berdasarkan informasi
warga, akibat bentrok dengan aparat kepolisian itu, ada satu korban
warga yang meninggal dunia dan lima warga lainnya
mengalami luka tembak.
Korban yang meninggal dunia itu atas
nama Angga Bin Darmawan (12), dan korban mengalami luka tembak
diantaranya atas nama Jesika (16), Dut Binti Juni (30), Rusmin Bin
Alimin, dan dua perempuan lagi belum diketahui identitasnya
dalam kondisi kritis.
Menurut dia, ketika bentrok terjadi
sempat beredar kabar adanya dua korban warga yang meninggal dunia, namun
setelah dilakukan pengecekan di lapangan dipastikan hanya ada satu
warga yang meninggal dunia.
Korban yang meninggal dunia itu pada
saat bentrokan terjadi sedang bermain "games play stations" di salah
satu rumah penduduk di Desa Limbang Jaya, dan saat melihat ada keributan
keluar rumah untuk melihat kejadian yang berlangsung.
"Tiba-tiba warga itu tertembak," kata Hadi pula.
Dia menjelaskan, korban yang meninggal
itu sekarang ini sedang dibawa keluarganya dari Kabupaten Ogan Ilir ke
Rumah Sakit Dr Muhammad Hoesin (RSMH) Palembang untuk dilakukan visum.
Begitu juga korban yang mengalami luka tembak,
akan dibawa ke Palembang untuk mendapatan perawatan di Rumah Sakit
Bhayangkara Polda Sumsel atau rumah sakit lainnya.
Diharapkan korban yang mengalami luka
tembak tersebut, masih dapat diselamatkan oleh tim medis. "Cukuplah
satu korban saja yang jatuh sebagai dampak dari perjuangan petani dan
warga setempat untuk mendapatkan kembali lahan
yang bersengketa dengan PT Perkebunan Nusantara VII itu," kata aktivis
Walhi Sumsel itu menyampaikan keprihatinan.
Setelah mengurus para korban tersebut,
Walhi Sumsel bersama Tim Advokasi Hukum dan Pencari Fakta Cinta Manis
Ogan Ilir, akan melaporkan kejadian penembakan tersebut ke Polda Sumsel.
Walhi Sumsel menyesalkan terjadi
bentrokan antara petani Kabupaten Ogan Ilir dengan aparat kepolisian
yang sedang mengamankan lahan sengketa dengan PT Perkebunan Nusantara
(PTPN) VII tersebut.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Walhi
Sumsel, Anwar Sadat, telah meminta agar aparat kepolisian yang
mengamankan lokasi sengketa tanah di Kabupaten Ogan Ilir dapat
menghentikan tindakan yang mengarah kepada intimidasi petani
maupun warga di sana.
Tindakan aparat kepolisian melakukan
penggerebekan rumah tokoh masyarakat dan pemanggilan petani, baik
sebagai saksi maupun tersangka dalam kasus sengketa lahan dengan PTPN
VII beberapa hari terakhir cukup meresahkan dan membuat
petani takut, kata dia.
Jika kondisi tersebut terus
berlangsung, dikhawatirkan bisa terjadi dua kemungkinan, pertama petani
berhenti melakukan gerakan perjuangan mendapatkan kembali tanah mereka
seluas 15 ribu hektare, dan kedua bisa jadi mereka berbalik
melakukan perlawanan, ujar Sadat lagi. "Seandainya sampai terjadi
bentrokan hebat dan menimbulkan korban jiwa, siapa yang bertanggungjawab
dan siapa yang dipersalahkan," kata dia pula.
Kekhawatiran sebelumnya disampaikan
Direktur Walhi Sumsel itu, ternyata terjadi pada Jumat ini. Walhi
Sumsel bersama Tim Advokasi Hukum dan Pencari Fakta Cinta Manis akan
terus mendampingi petani mengusut tuntas kasus bentrokan
tersebut, kata Hadi Jatmiko menambahkan.
Secara terpisah, Kepala Bidang Humas
Polda Sumsel AKBP R Djarod menegaskan bahwa bentrokan yang terjadi di
Ogan Ilir itu sudah bisa dikendalikan, dan sekarang ini kondisi keamanan
di lokasi kejadian sudah kondusif.
Bentrokan diduga terjadi karena warga
menghadang aparat kepolisian yang sedang bertugas di sekitar kawasan
tempat kejadian tersebut, kata Djarot.
Sumber : suarapembaharuan
Selengkapnya...
Walhi Sumsel Tuntut Kapolres Ogan ilir dan Kapolda Sumsel Dicopot
WALHI: Copot Kapolda Sumsel!
Direktur WALHI Sumsel, Anwar Sadat menegaskan, kejadian penembakan terhadap warga menunjukan kegagalan institusi kepolisian dalam menghadapi permasalahan yang menyangkut sengketa lahan. Pihaknya juga menyoroti pihak PTPN VII yang seakan membiarkan masalah sengketa lahan berlarut-larut tanpa adanya penyelesaian yang konkret
"Sikap kekerasan yang dipertontonkan kepolisian sudah keterlaluan dan tidak menjalankan mandat Pancasila. Kami menuntut untuk Presiden harus segera memecat jajaran petinggi kepolisian terutama Kapolres Ogan Ilir dan bila perlu Kapolda Sumsel karena telah gagal menjalankan tugas," tegas Anwar, Jumat (27/7/2012).
Selain itu, Walhi juga menuntut PTPN VII juga harus dibubarkan dengan cara mencabut HGU tanah seluas 6.500 hektar dan segera mendistribusikan lahan tersebut kepada warga. Pembiaran masalah sengketa lahan ini menjadi pemicu terjadinya beberap kerusuhan yang berujung penembakan aparat terhadap warga.
"Korban jiwa dan korban luka akibat penembakan sudah berjatuhan. Usut tuntas kejadian pembantaian warga ini karena sudah melanggar perlindungan terhadap anak dan perempuan di wilayah konflik sesuai UU 23 tahun 2002 tenang perlindungan anak di wilayah konflik," tegasnya.
Kronologis Penyerbuan dan Penembakan terhadap Warga Limbang jaya oleh ratusan Brimob.
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan wawancara dengan beberapa sumber yang mengalami langsung kejadian maka kami mendapatkan sebuah kronologi lengkap yang mengambarkan tentang kejadian yang sebenarnya terjadi di desa limbang jaya, dan dengan ini kami menyimpulkan bahwa pada tragedi ini tidaklah dimulai dari bentrokan tetap yang terjadi adalah penyerbuan Brimob terhadap Warga limbang jaya,Berikut kami tuliskan kronologi kejadian tersebut :::
No
|
Nama / Umur
|
Jenis Kelamin
|
Alamat
|
Keterangan
|
1
|
Angga bin Darmawan (12)
|
Laki-laki
|
Desa tanjung Pinang
|
Meninggal dengan luka tembak dikepala
|
2
|
Farida (35)
|
Perempuan
|
Limbang jaya
|
Luka tembak lengan kiri bagian bawah
|
3
|
Rusman bin Alimin (37)
|
Laki-laki
|
Limbang jaya
|
Luka tembak disiku kirinya, dan luka
lecet di rusuk kiri, koyak dikepala
|
4
|
Sudirman (47)
|
Laki-laki
|
Limbang jaya
|
Luka tembak di tangan kiri bagian atas
|
5
|
Jesica (16)
|
Perempuan
|
Limbang jaya
|
Luka ringan
|
5 hari sebelum Angga di tembak,BRIMOB pun tangkap ibu dan bayinya.
Bentrok Brimob dengan Warga, KontraS: Polisi Abaikan Pernyataan SBY
Jakarta
Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) menyayangkan
tindakan brutal aparat kepolisian yang terjadi di Desa Limbang Jaya,
Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Aksi brutal polisi yang berbuntut tewasnya
seorang bocah, menunjukan aparat kepolisian mengabaikan pernyataan
Presiden SBY.
"Kami menyayangkan peristiwa ini terjadi hanya dua
hari setelah Presiden SBY menyatakan akan membentuk tim penyelesaian
sengketa agraria," kata Koordinator KontraS, Haris Azhar, dalam
keterangan tertulis yang diterima detikcom, Jumat (27/7/2012).
"Hal
ini menunjukkan bahwa pernyataan Presiden SBY diabaikan oleh Polisi
yang berhadapan dengan masyarakat di Ogan Ilir," imbuhnya.
Bentrok
antara Brimob Polda Sumsel dengan warga yang pecah di Desa Limbang
Jaya, kata Haris, merupakan buntut dari sengketa lahan antara warga di
22 desa di sekitar PTPN VII Cinta Manis terkait pengambilalihan lahan
usaha masyarakat sekitar oleh PTPN.
Haris menambahkan,
penyelesaian masalah agraria yang terjadi di wilayah tersebut tidak bisa
semata menyerahkannya kepada aparat kepolisian.
"Menyerahkan masalah kepada pihak kepolisian semata, sama saja dengan membarakan konflik di tengah masyarakat," ujarnya.
Bentrok
antara Brimob Polda Sumsel dengan warga di Desa Limbang Jaya pecah pada
pukul 16.00 WIB. Versi polisi, bentrok bermula terjadi saat puluhan
truk yang mengangkut Brimob bersenjata lengkap melintas untuk
melaksanakan patroli dialogis di Desa Limbangan Jaya, Tanjung Batu.
Tiba-tiba saja mobil Brimob yang paling belakang diserbu warga.
"Dengan
terdengar suara ledakan dan lemparan batu serta massa membawa parang
sehingga anggota Brimob melepaskan tembakan peringatan ke atas," kata
Karo Penmas Polri, Boy Rafli Amar, dalam keterangannya kepada detikcom.
Berbeda
dengan Walhi Sumsel yang menyatakan bila warga yang mendatangi aparat
adalah untuk menanyakan maksud kedatagannya ke desa mereka.
"Warga
yang melihat ratusan brimob memasuki desa mereka, akhirnya secara
beramai-ramai mendatangi pasukan tersebut dengan maksud menanyakan
kepentingan Brimob memasuki desa mereka," tulis Walhi dalam rilis yang
dimuat dalam blog kelompok tersebut.
Namun, karena aparat melihat
banyaknya warga mendatangi mereka, pasukan yang menggunakan senjata
lengkap tersebut langsung mengeluarkan tembakan ke arah warga.
"Bentrok antara Brimob dengan warga pun tak dapat dihindari," terang Walhi.
Sumber : Detik.com
Selengkapnya...
KontraS Kecam Brimob Tembaki Warga Desa Limbang Jaya
Ingin Lihat Mobil Polisi, Angga Malah Tewas Tertembak
TRIBUNJOGJA.COM, INDRALAYA -- Angga (13), bocah yang baru duduk
di kelas 1 MTS ini, meregang nyawa tepat di depan Masjid Darusalam Desa
Limbang Jaya, Kecamatan Tanjung Batu Kabuapten Ogan Ilir.
Dalam
peristiwa berdarah itu, anak ke empat dari pasangan Darmawan dan Yuana
itu tertembak di bagian kepala telinga sebelah kanan dan langsung
menghembuskan nafas terakhir di tempat tersebut.
Anak ke empat
dari enam bersaudara ini, menurut Yuana, Ibu korban, hendak melihat
banyaknya mobil polisi yang melintas di jalan. Ketika itu, ia sempat
pamitan kepada ibunya.
"Mak, banyak mobil polisi aku nak lihat.
Kata dia. Kemudian langsung pergi sedangkan saya di rumah," kata ibunya
sambil terus menangis.
Setelah pamitan, Yuana mendapat berita,
anak tercintanya sudah tidak bernyawa lagi. Sementara, ayahnya yang
berprofesi sebagai pandai besi, baru dua hari merantau.
Usai
kejadian, Paldi kakaknya, terlihat menangis berserta keluarganya yang
lain. Sementara sang ibu tidak henti-hentinya meneteskan air mata. Ia
masih tidak percaya dengan kepergian sang buah hati.
Dengan tersedu-sedu, ia meminta pertanggungjawaban atas kepergian sang buah hati.
Dari
informasi yang dihimpun, menurut warga sekitar, Angga sedang melihat
suasana ramai, ada anggota Brimob yang dikerumuni warga. Ketika polisi
memberondong warga menggunakan senjata, ia tidak bisa menghindar dan
akhirnya tertembak.
Sementara, situasi empat desa di kawasan
tersebut, masih mencekam. Jelang Magrib, ratusan polisi Brimob siaga di
simpang Limbang Jaya. Sedangkan, situasi desa juga masih mencekam.
Mereka sangat trauma dengan apa yang terjadi.
Selongsongan peluru
bekas rentetan tembakan, masih disimpan warga. Mereka berharap, usut
tuntas kasus tersebut. Mereka tidak terima dengan perlakuan aparat yang
memborbardi warga dengan tembakan bersenjata. (*)
Selengkapnya...
Bentrok aparat-warga di PTPN VII Cinta Manis, satu tewas lima luka
Palembang (ANTARA
News) - Kepolisian Daerah Sumatera Selatan mengharapkan warga di
Kabupaten Ogan Ilir di sekitar PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha
Cinta Manis tetap tenang, menyusul bentrokan aparat kepolisian dengan
masyarakat Desa Limbung Jaya, Jumat petang.
Masyarakat kami harapkan tetap tenang, dan jangan mudah terpancing
isu yang belum tentu kebenarannya, kata Kabid Humas Polda Sumsel, AKBP R
Djarod P, saat dihubungi di Palembang, Jumat malam.
Djarod membenarkan adanya kejadian perselisihan atau bentrokan antara aparatnya dengan warga setempat.
Namun hal itu sudah dapat diselesaikan, kata dia.
Menurut dia, dalam kejadian tersebut seorang warga setempat meninggal akibat terkena peluru nyasar.
Selain itu, ada tiga warga lainnya yang mengalami luka-luka, dan telah dibawa ke rumah sakit.
Dia menegaskan, atas kejadian tersebut, pihaknya masih akan terus
menyelidiki dan memastikan bila benar aparatnya bersalah, akan diproses
sesuai hukum berlaku.
"Kami tetap akan menindak bila ada anggota bersalah atas kejadian tersebut," ujar dia lagi.
Namun, berdasarkan keterangan anggotanya di lapangan itu telah
melakukan pengamanan sesuai petunjuk dan prosedur hukum yang berlaku.
Ia juga membenarkan, saat ini pengamanan di lokasi kejadian,
diperketat agar kondisinya tetap aman dan untuk mengantisipasi supaya
kejadian itu tidak berkembang lebih lanjut.
Menurut Djarot, jajaran Polda Sumsel akan terus mengantisipasi
supaya kondisi keamanan di lokasi kejadian tetap aman, dan permasalahan
yang terjadi tidak berkembang meluas lagi.
Satu Korban Meninggal
Aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumsel, Hadi
Jatmiko, memastikan berdasarkan informasi warga, akibat bentrok dengan
aparat kepolisian itu, ada satu korban warga yang meninggal dunia dan
lima warga lainnya mengalami luka tembak.
Korban yang meninggal dunia itu atas nama Angga Bin Darmawan (12),
dan korban mengalami luka tembak atas nama Jesika (16), Dut Binti Juni
(30), Rusmin Bin Alimin, dan dua perempuan lagi belum diketahui
identitasnya dalam kondisi kritis.
Menurut dia, ketika bentrok terjadi sempat beredar kabar adanya dua
korban warga yang meninggal dunia, namun setelah dilakukan pengecekan di
lapangan dipastikan hanya ada satu warga yang meninggal dunia.
Korban yang meninggal dunia itu pada saat bentrokan terjadi sedang
bermain "games play stations" di salah satu rumah penduduk di Desa
Limbang Jaya, dan saat melihat ada keributan keluar rumah untuk melihat
kejadian yang berlangsung.
"Tiba-tiba warga itu tertembak," kata Hadi pula.
Dia menjelaskan, korban yang meninggal itu sekarang ini sedang
dibawa keluarganya dari Kabupaten Ogan Ilir ke Rumah Sakit Dr Muhammad
Hoesin (RSMH) Palembang untuk dilakukan visum.
Begitu juga korban yang mengalami luka tembak, akan dibawa ke
Palembang untuk mendapatan perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Polda
Sumsel atau rumah sakit lainnya.
Diharapkan korban yang mengalami luka tembak tersebut, masih dapat diselamatkan oleh tim medis.
"Cukuplah satu korban saja yang jatuh sebagai dampak dari perjuangan
petani dan warga setempat untuk mendapatkan kembali lahan yang
bersengketa dengan PT Perkebunan Nusantara VII itu," kata aktivis Walhi
Sumsel itu menyampaikan keprihatinan.
Setelah mengurus para korban tersebut, Walhi Sumsel bersama Tim
Advokasi Hukum dan Pencari Fakta Cinta Manis Ogan Ilir, akan melaporkan
kejadian penembakan tersebut ke Polda Sumsel.
Walhi Sumsel menyesalkan terjadi bentrokan antara petani Kabupaten
Ogan Ilir dengan aparat kepolisian yang sedang mengamankan lahan
sengketa dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII tersebut.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Walhi Sumsel, Anwar Sadat, telah
meminta agar aparat kepolisian yang mengamankan lokasi sengketa tanah di
Kabupaten Ogan Ilir dapat menghentikan tindakan yang mengarah kepada
intimidasi petani maupun warga di sana.
Tindakan aparat kepolisian melakukan penggerebekan rumah tokoh
masyarakat dan pemanggilan petani, baik sebagai saksi maupun tersangka
dalam kasus sengketa lahan dengan PTPN VII beberapa hari terakhir cukup
meresahkan dan membuat petani takut, kata dia.
Jika kondisi tersebut terus berlangsung, dikhawatirkan bisa terjadi
dua kemungkinan, pertama petani berhenti melakukan gerakan perjuangan
mendapatkan kembali tanah mereka seluas 15 ribu hektare, dan kedua bisa
jadi mereka berbalik melakukan perlawanan, ujar Sadat lagi.
"Seandainya sampai terjadi bentrokan hebat dan menimbulkan korban
jiwa, siapa yang bertanggungjawab dan siapa yang dipersalahkan," kata
dia pula.
Kekhawatiran sebelumnya disampaikan Direktur Walhi Sumsel itu, ternyata terjadi pada Jumat ini.
Walhi Sumsel bersama Tim Advokasi Hukum dan Pencari Fakta Cinta
Manis akan terus mendampingi petani mengusut tuntas kasus bentrokan
tersebut, kata Hadi Jatmiko menambahkan pula.
Secara terpisah, Kepala Bidang Humas Polda Sumsel AKBP R Djarod
menegaskan bahwa bentrokan yang terjadi di Ogan Ilir itu sudah bisa
dikendalikan, dan sekarang ini kondisi keamanan di lokasi kejadian sudah
kondusif.
Bentrokan diduga terjadi karena warga menghadang aparat kepolisian
yang sedang bertugas di sekitar kawasan tempat kejadian tersebut, kata
Djarot pula.
Sumber : antaranews.com
Selengkapnya...
Sebelum Tertembak, Angga Mencari Ikan Buat Ibunya
ANGGA bin Darmawan (12), korban tewas akibat tembakan aparat
polisi di lokasi konflik antara PTPN VII Cinta Manis dengan warga, sehari-hari
dikenal sebagai anak yang saleh, pemberani, dan suka membantu orangtua.
Kontras Kecam Aksi Brutal Brimob
Brimob Lepaskan Tembakkan Bertubi-tubi, Kepala Angga Ditembus Peluru
SRIPOKU.COM, INDRALAYA - Siswa kelas 1 MTs Tanjung Pinang bernama
Angga (11), warga Desa Tanjung Pinang II, Kecamatan Tanjungbatu,
Kabupaten Ogan Ilir (OI) tewas di tempat setelah kepalanya ditembus
peluru diduga dari tembakan aparat Brimob Polda Sumsel yang menyusuri
Desa Limbang Jaya, Jumat (27/7/2012) pukul 15.30.
Korban
tergeletak bersimbah darah di depan Masjid Darussalam Desa Limbang Jaya I
Dusun II RT 02 RW 02 Limbang Jaya Kecamatan Tanjungbatu.
Sementara empat warga lainnya mengalami luka-luka diduga juga akibat tembakan peluru nyasar.
Mereka
bernama Rusman (36) luka di lengan kiri, Yarman (45) luka di lengan
kiri atas, Farida (49) luka lengan kanan atas dan Jesika luka kena
pecahan kaca akibat tembakan peluru ke kaca rumah.
Korban diketahui merupakan warga Desa Limbang Jaya I yang berada di lokasi terjadinya tembakan oleh aparat Brimob.
Sementara
korban Angga, saat kejadian berada di jalan depan Masjid Assadah
menjadi korban sasaran peluru. Bahkan rumah Zawawi (75) kaca rumahnya
pecah dihantam tembakan.
Menurut warga, saat kejadian, satu
pasukan Brimob masuk melalui arah darat berada di posisi ujung jalan
poros tengah desa arah Utara, menyusuri desa.
Belum diperoleh informasi mengapa anggota Brimob menyelusuri desa.
Kemudian, terdengar bunyi pukulan beduk persis saat masuk salat Ashar.
Pasukan Brimob ini merasa mereka akan dikepung warga sehingga memberikan tembakan ke atas.
Pada
saat bersamaan ternyata ada satu pasukan Brimob lagi yang berada di
sebelah selatan jalan poros tengah desa arah keluar kampung menuju jalan
Ke Tanjungbatu atau keluar desa.
Pasukan ini bergerak mendekat lokasi arah masjid menuju Dusun II Limbang Jaya.
Diduga
karena salah informasi dari pasukan Brimob pertama yang merasa dikepung
akhirnya pasukan Brimob yang baru masuk desa mengeluarkan tembakan
bertubi-tubi hingga sebagian pelurunya ada yang diduga mengenai para
korban dan kaca rumah warga.
Zawawi, yang kaca rumahnya pecah
sangat emosi. Kepada Sripoku.com dia mengungkapkan mengutuk aksi
penbembakan yang dilakukan aparat brimob.
"Waktu tembakan itu
kami berada di dalam rumah. Untung tidak ada keluarga kami yang kena
peluru. Hanya kaca rumah saya yang pecah," kata Zawawi seraya
mempertanyakan ada apa brimob berlaku begitu kepada masyarakat Desa
Limbang Jaya.
"Kami menilai ini bukan masalah PTPN lagi. Mengapa
brimob menembaki warga di tengah desa, padahal tidak ada aset PTPN di
desa ini," ujarnya.
Sementara itu, Kapolres OI, AKBP Deni
Dharmapala, belum mau memberikan keterangan atas kejadian penembakan
yang terjadi di Desa Limbang Jaya tersebut.
sumber : http://palembang.tribunnews.com/2012/07/27/brimob-lepaskan-tembakkan-bertubi-tubi-kepala-angga-ditembus-peluru
Selengkapnya...
“Bom Waktu itu telah diledakan Polri dan Pemerintah SBY”
Direktur Eksekutif Nasional